Notification

×

Iklan

Iklan

Ekonom Sebut Harga BBM Dan Beras Bakal Melonjak Sebab Perang Hamas Vs Israel

Selasa, 10 Oktober 2023 | Oktober 10, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-10-10T07:21:57Z

 

Jakarta, Ungkap Fakta 

Direktur Center of Economi and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memaparkan konflik Palestina VS Israel akan memberikan dampak bagi pasar keuangan, Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga beras di Indonesia.

"Dampak dari konflik Israel-Palestina akan memicu investor lakukan pergeseran ke aset yang aman," ujar Bhima saat dihubungi, Selasa (10/10/2023).

Pergeseran tersebut akan memicu dolar AS menguat secara jangka pendek.

Dolar indeks misalnya menguat ke level 106. Rupiah bersiap alami depresiasi terhadap dollar AS. Harga harga barang impor akan semakin mahal khususnya pangan.

"Contohnya beras, meskipun ada negara yang siap jual ke Indonesia tapi biaya impor berasnya dipengaruhi dolar AS sehingga beras impor harganya naik," kata Bhima.

Selain beras impor, harga BBM akan lebih mahal.

Menurut Bhima, pilihan pemerintah apakah alokasi subsidi energinya naik atau diteruskan ke masyarakat membayar BBM lebih tinggi.

"Inflasi menjadi ancaman serius bagi daya beli domestik. Dampak lain adalah ketidakpastian bonanza komoditas apakah akan terus berlanjut," terang Bhima.

Konflik di timur tengah yang memanas bisa menaikkan harga minyak mentah hingga 90-92 dolar AS per barrel. Saat ini dipasar spot harga minyak berkisar 83 dolar AS per barrel.

"Meski naik tetap belum mampu menandingi harga saat krisis minyak mentah 1973 yang saat itu menembus rekor kenaikan tertinggi dari 2 dollar AS per barrel menjadi 11 dollar AS per barrel atau naik 450 persen," tutur Bhima

Bhima mengatakan, faktor politik dan keamanan memang punya andil, tapi pasar minyak akhir-akhir ini cenderung mengalami anomali pasokan dan permintaan sekaligus.

Beberapa faktor yang membuat harga minyak tidak seliar 1973 adalah relaksasi pembatasan ekspor minyak dari Rusia yang diperkirakan menambah pasokan minyak global.

"Kemudian belum jelasnya pemangkasan produksi minyak yang masih dibahas pada pertemuan Saudi Arabia dan Rusia pada November mendatang," kata Bhima

Berapa banyak produksi yang dipangkas, ucap Bhima, masih teka teki.

Kemudian faktor lain adalah dollar AS yang menguat menjadi kabar buruk bagi pemain komoditas minyak karena kekhawatiran banyak negara importir minyak mengurangi permintaan impor karena selisih kurs.

"China sebagai negara konsumen energi yang besar sedang alami slowdown ekonomi hingga 2024 mendatang, dengan outlook pertumbuhan ekonomi 4,4 persen atau dibawah proyeksi Indonesia yang sebesar 5 persen. Industri di China tidak sedang ekspansi sehingga mempengaruhi demand minyak global," ujar Bhima.

Sebelumnya, Konflik Palestina vs Israel kembali pecah setelah Hamas melancarkan serangan mendadak ke kota-kota Israel pada Sabtu (8/10/2023). Serangan itu menewaskan lebih dari 200 warga sipil Israel. Sedangkan, lebih dari 230 warga Palestina tewas ketika Israel membalas dengan serangan balasan paling menghancurkan.



Sumber: Tribunnews.Com


×
Berita Terbaru Update