Notification

×

Iklan

Iklan

Dollar Sentuh Level Rp.15,700,-, BI Beri Penjelasan

Jumat, 03 November 2023 | November 03, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-03T07:45:11Z


Jakarta, Ungkapfakta.online 
- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan rupiah kembali menguat setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (TH Fed) menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.

Hal tersebut disampaikan Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung BI, Jakarta, Jumat (3/11/2023).

"Pasca-pernyataan dari Fed, alhamdulillah rupiah menguat," kata Perry. Tren penguatan berlanjut bahkan kini menembus level Rp15.700 per dolar AS.

Dia mengatakan penguatan rupiah saat ini sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh The Fed yang tidak menaikkan suku bunga. Dia mengatakan penguatan rupiah merupakan hasil dari koordinasi kebijakan di sektor moneter dan fiskal di Indonesia.

"Koordinasi antara moneter dan fiskal berjalan cukup preventif dan forward looking," kata dia

Perry menceritakan sebelum BI menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate ke level 6%, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan. Dia mengatakan koordinasi perlu dilakukan, sebab kenaikan suku bunga acuan bukan hanya bertujuan untuk menjaga nilai tukar rupiah.

Namun, juga untuk menjaga pasar uang, pasar Surat Berharga Negara dan pembaiayaan fiskal. Dia bilang koordinasi itu tidak hanya dilakukan di tingkap kepala lembaga, namun juga di tingkat direktorat jenderal dan departemen. "Hampir setiap minggu terus koordinasi," tutur dia.

Perry berkata BI melihat probabilitas Fed Fund Rate akan kembali naik pada Desember di angka 40%. Perry menyoroti pernyataan bos The Fed Jerome Powell. Dia mengatakan Powell menyebut bahwa meskipun kebijakan The Fed masih cenderung hawkish, namun naiknya yield US Treasury telah membantu dalam pengendalian inflasi di AS.

"Itu harus kita lihat, ke depan ini probabilitasnya apakah FFR masih akan naik di Desember, tapi kalaupun naik, that's the last increase, karena pengendalian permintaan agregat sekarang tidak hanya dari sisi moneter, tapi juga kenaikan yield US Treasury," kata dia.

"Itu juga mengerem permintaan agregat sehingga diharapkan bisa membantu saling bersinergi untuk pengendalian inflasi ke depan," kata dia.


Sumber:  cnbcindonesia.com

×
Berita Terbaru Update