Notification

×

Iklan

Iklan

Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah Malah Keok Dekati Rp.16000,-

Rabu, 01 November 2023 | November 01, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-01T03:23:50Z

 

Foto:  Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah Dengan Dollar

Jakarta, Ungkapfakta.online - Nilai tukar rupiah langsung ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah jeblok di tengah sikap wait and see investor menunggu sederet data penting hari ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ada diposisi Rp15.940/US$ atau melemah 0,38% pada perdagangan Rabu pagi (1/11/2023) pukul 09:05 WIB.

Pelemahan ini berbanding terbalik dengan kemarin. Pada perdagangan Selasa (31/10/2023), rupiah ditutup menguat 0,03% ke posisi Rp 15.880/US$1.
Pelemahan awal November ini juga membayangi kinerja buruk rupiah pada Oktober 2023.

Pada perdagangan Selasa (31/10/2023), rupiah ditutup menguat 0,03% ke posisi Rp 15.880/US$1.

Pergerakan rupiah terhadap dolar AS

Perdagangan rupiah akan dibayangi sejumlah sentimen baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. Di antaranya adalah inflasi Indonesia pada Oktober hingga puncaknya pengumuman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober 2023 pada hari ini Rabu (1/11/2023) pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 11 institusi memperkirakan inflasi Oktober 2023 akan mencapai 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,65% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,00%.

Sebagai catatan, inflasi pada September 2023 tercatat 2,28% (yoy) dan 0,19% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 2,00% (yoy).

Kenaikan inflasi bisa menjadi perhatian pelaku pasar rupiah. Bila inflasi terus menguat maka keuntungan berinvestasi pada aset berdenominasi rupiah akan makin tergerus sehingga tidak menarik.

Sentimen negatif bisa datang dari aktivitas manufaktur Indonesia. S&P Global hari ini mengumumkan jika PMI Manufaktur Indonesia hanya mencapai 51,5 pada Oktober 2023, level terendahnya dalam empat bulan terakhir.
Melandainya aktvitas manufaktur disebabkan oleh penurunan ekspor.

Data yang paling ditunggu pasar hari ini adalah pengumuman suku bunga The Fed atau The Fed Fund Rate (FFR). The Fed akan mengumumkan kebijakan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pada pertemuan September lalu, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Namun, bank sentral AS tetap memberi sinyal adanya kenaikan sekali lagi pada tahun ini.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 97,1% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan.Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 98,4%.

Ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun.Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50 pada Oktober 2023, dari 49,8 pada September.

Data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang sehingga inflasi diproyeksi sulit melandai. Kondisi inilah yang membuat pasar berekspektasi jika The Fed masih akan galak ke depan.

Rupiah babak belur di Oktober


Rupiah menjalani bulan berat pada Oktober dengan mencatat pelemahan sebesar 2,7%. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak Maret 2020 di mana rupiah ambruk 12% lebih.

Rupiah juga sudah ambruk 1,98% sepanjang tahun ini. Sepanjang 10 bulan yang sudah dijalani, rupiah hanya menguat tiga kali yakni Januari, Maret, dan April. Selebihnya mata uang Garuda terkapar.


Sumber:  cnbcindonesia.com

×
Berita Terbaru Update