Notification

×

Iklan

Iklan

Cakrawala Politik Jokowi Menjelang Pemilu 2024

Senin, 11 September 2023 | September 11, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-12T13:14:33Z

 


Ungkapfakta.online - Tanpa menafikan para pemimpin bangsa sebelumnya dengan peranannya masing-masing sejak Bung Karno, Soeharto, B.J. Habibie, Adurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarno Putri hingga Soesilo Bambang Yudhoyono, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki kekhasan dalam gaya kepemimpinannya melalui revolusi mental, Nawa Cita, dan terbaru "cawe-cawe" kiranya patut kita renungkan dan menjadi teladan, juga pedoman dalam membawa bangsa ini ke depan.

Dengan gayanya yang unik, khas, dan juga membumi Jokowi melalui karakter inklusifnya berhasil merangkul rakyat dari Sabang sampai Merauke dan menyatukannya dalam gerak pembangunan bangsa secara merata, serentak, dan berkeadilan. Melangkah dalam dunia politik yang penuh tantangan, Jokowi berhasil membuktikan bahwa ia bukan sekadar seorang pemimpin di kancah politik nasional maupun global. Tetapi, ia juga seorang sosok yang mampu memberikan inspirasi dan berhasil mengubah paradigma politik Indonesia.


Jokowi telah membuktikan bahwa kepemimpinan inklusif, semangat, dan ketekunan mampu membentuk fondasi politik yang kuat dalam menjaga stabilitas di bidang sosial, ekonomi, dan politik nasional. Tentunya, kita semua masih ingat, bahwa pada 2014 muncul fenomena yang disebut "Jokowi Effect" (Efek Jokowi) yang telah mengubah pandangan umum terhadap kepemimpinan politik nasional.

Efek Jokowi" ini mengajarkan nilai-nilai positif bahwa kemampuan dan kualitas, visi, kerja keras, keterampilan komunikasi, empati, tekat kuat untuk mencapai tujuan, mampu melontarkan gagasan dan kebijakan yang cemerlang, dan semangat dedikasi terbukti jauh lebih berharga dibanding latar belakang garis keturunan atau "trah politik" sekalipun. Oleh karena itu, peran Presiden Joko Widodo yang mengedepankan semangat, karakter, dan aura inklusif dalam dunia politik sangat relevan menjelang Pemilu 2024 mendatang.

Selanjutnya, dalam konteks persiapan menjelang Pemilu 2024 yang makin dekat, peran sentral Jokowi tak terbantahkan lagi. Gaya kepemimpinannya yang terkenal dengan karakter inklusifnya (mengajak dan ikut serta dengan menghormati harkat dan martabatnya), ditambah keberpihakan kepada rakyat, komitmennya dalam selalu mengedepankan keadilan dan pendekatannya dalam menjaga diri menjauhi urusan hukum makin meningkatkan kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin.

Sikap positifnya ini juga telah memposisikannya sebagai seorang pemimpin bangsa yang dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai keeadilan dan integritas, selain sikap rendah hati dan arif-bijaksana ala punakawan yang menjadikan Jokowi sebagai sosok pemimpin sangat khas dalam sejarah politik Indonesia, bahkan dunia

Uraian tersebut tentu merupakan pandangan pribadi saya. Tentu, pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, seperti tindakan-tindakan yang diambil dan efektivitasnya dapat memunculkan perspektif yang beragam dan kontroversi dalam dinamika wacana politik, yang terkait dengan interaksi antara kepemimpinan karismatik dan pandangan pribadi, di mana pro dan kontra tersebut adalah hal yang umum.


Namun, setelah hampir sepuluh tahun menjabat, yang dimulai dengan gebrakan revolusi mental dan Nawa Cita, Presiden Jokowi berhasil membawa perubahan yang sangat signifikan, yang telah memunculkan fenomena baru. Dalam konteks politik nasional, fenomena baru ini, saya memberanikan diri menyebutnya "cakrawala baru".

Demikian juga, ia mendapat dukungan dari berbagai ormas, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pihak-pihak lain serta rakyat Indonesia secara umum. Jokowi laksana "magnet" yang menarik berbagai elemen bangsa untuk bersatu-padu melanjutkan pembangunan di berbagai bidang yang merupakan cita-cita mulia para pendiri bangsa.


Fenomena ini, dalam kaitan politik praktis, ibarat konsep metaforis "teori magnet" yang sering digunakan untuk menggambarkan daya tarik dan pengaruh pemimpin terhadap rakyat, seperti magnet menarik objek di sekitarnya, meskipun hal ini tidak memiliki akar dalam disiplin ilmu tertentu. Diskusi mengenai konsep ini umumnya muncul dalam ilmu politik, studi kepemimpinan, dan sosiologi, di mana para akademisi dan analis mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi kemampuan pemimpin untuk meraih dukungan dan perhatian masyarakat.



×
Berita Terbaru Update